Rumah Tradisional Simalungun


Rumah Bolon
: Batak Simalungun
: Kabupaten Simalungun
: Sumatra Utara

Suku Simalungun merupakan salah satu etnis dari Rumpun Batak, yang terkonsentrasi di kabupaten Simalungun, dan tersebar juga di kabupaten Deli Serdang dan Asahan.

Seperti halnya masyarakat Batak di Sumatra Utara, pada umumnya memiliki peninggalan bersejarah yang sangat berharga, yaitu rumah tradisional adat, yang lebih dikenal dengan sebutan "Rumah Bolon".

Istilah "bolon", sendiri berarti "besar", jadi "Rumah Bolon" diartikan sebagai "Rumah Besar". Bentuk dan tradisi Rumah Besar, umum menjadi ciri khas ras bangsa Proto Malayan, seperti "Rumah Panjang" di Kalimantan, dan "Tongkonan" di Toraja, dan masyarakat etnis Batak pada umumnya.

Rumah Bolon, seperti artinya Rumah Besar, memang berukuran sangat besar apabila dibandingkan dengan rumah-rumah modern masa sekarang. Bentuk yang besar, merupakan sebuah Istana bagi sang pemimpin masyarakat Simalungun di masa lalu, sekaligus menjadi simbol status sosial masyarakat Simalungun.
Saat ini keberadaan Rumah Bolon tidak banyak yang bisa ditemui, yang tersisa saat ini kebanyakan menjadi objek wisata di Sumatra Utara.

Pada masa lalu, Rumah Bolon ditempati oleh para Raja-Raja Simalungun. Menurut sejarahnya, ada 13 Raja yang pernah menempati Rumah Bolon, yaitu:
  1. Tuan Ranjinman
  2. Tuan Nagaraja
  3. Tuan Batiran
  4. Tuan Bakkaraja
  5. Tuan Baringin
  6. Tuan Bonabatu
  7. Tuan Rajaulan
  8. Tuan Atian
  9. Tuan Hormabulan
  10. Tuan Raondop
  11. Tuan Rahalim
  12. Tuan Karel Tanjung, dan
  13. Tuan Mogang

Rumah Bolon oleh para Arsitektur Simalungun masa lalu dibangun, dengan bentuk panggung memanjang, dan tidak menggunakan paku, tapi menggunakan pasak dan tali pilihan yang sangat kuat.

Rumah Bolon sebagai rumah yang berbentuk panggung, memiliki kolong (bagian bawah rumah) dengan tinggi dua meter. Kolong tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai menyimpan hewan ternak, seperti babi, ayam, dan kerbau. Pada masa lalu, hewan yang utama dipelihara adalah kerbau. Karena cukup tinggi, maka dibantu dengan tangga dengan jumlah anak tangganya selalu ganjil. Untuk memasuki rumah tersebut harus menunduk karena pintunya agak pendek dan berukuran kecil, kurang dari satu meter. Ini menandakan bahwa seseorang harus menghormati tuan rumah dengan cara menunduk saat memasukinya, sibaba ni aporit, yang artinya menghormati pemilik rumah.

Pintu masuk rumah adat ini, memiliki dua macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal. Tapi saat ini telah banyak mengalami perubahan, sehingga daun pintu yang horizontal tidak digunakan lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa sekat kamar. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada pembagian ruangan. Dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat
Pada bagian depan Rumah Bolon, tepatnya di atas pintu terdapat gorga, sebuah lukisan berwarna merah, hitam, dan putih. Biasanya terdapat lukisan hewan seperti cecak, ular, kambing ataupun kerbau.

Arsitektur Simalungun memiliki ciri khas khusus pada bangunan, yaitu konstruksi bagian bawah atau kaki bangunan berupa susunan kayu glondongan yang masih bulat-bulat, dengan cara silang menyilang dari sudut ke sudut. Ciri khas lainnya adalah bentuk atap di mana pada anjungan diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap dengan tanduknya.
Di samping itu pada bagian-bagian rumah lainnya diberi hiasan berupa lukisan-lukisan yang berwarna-warni yaitu merah, putih dan hitam. Ragam hias Rumah Bolon antara lain hiasan Sulempat pada tepian dinding bagian bawah, hiasan saling berkaitan. Kemudian hiasan hambing marsibak yaitu kambing berkelahi. Hiasan Sulempat dan Hambing Marsibak menggambarkan kehidupan yang saling terkait sehingga melahirkan kekuatan dan kesatuan yang tidak tergoyahkan. Hiasan pada bagian tutup keyong dengan motif segitiga, motif cecak, ipan-ipan serta motif ikal yang menyerupai tumbuhan menjalar. Biasanya pada bagian ini diberi hiasan kepala manusia yang disebut bohi-bohi, sebagai pengusir hantu. Seperti halnya hiasan ipan-ipan yang menggambarkan segi-segi runcing mempunyai maksud untuk menghambat hantu-hantu yang akan masuk rumah.

Gambar lambang hewan pada dekorasi Rumah Bolon memiliki makna yang dalam. Pada gorga yang dilukis gambar hewan cicak bermakna, orang batak Simalungun mampu bertahan hidup di manapun meski dia merantau ke tempat yang jauh sekalipun. Hal ini adalah ciri khas masyarakat batak pada umumnya yang memiliki rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antar sesama sukunya. Sedangkan gambar kerbau bermakna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau telah membantu manusia dalam pekerjaan ladang masyarakat.
Atap yang menjadi pelindung rumah memiliki ciri khas yang unik. Dua ujung lancip di depan dan di belakang. Namun ujung pada bagian belakang lebih panjang agar keturunan dari yang memiliki rumah lebih sukses nantinya.


Related
- http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/867/rumah-bolon
- http://duanpurba-northsumatera.blogspot.com/2007/05/rumah-adat-simalungun.html
- http://wwwpurbajoin.blogspot.com/2009/02/rumah-adat-simalungun.html

Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment