Rumpun Batak

Sebenarnya siapa yang disebut orang Batak ? Tapi mengapa sekarang ada orang Batak yang tidak mau disebut Batak ? gengsi ? atau malu disebut orang batak ? entah lah ... masalahnya di sini kita bukan membahas masalah malu, gengsi atau tak mau disebut orang batak. Yang pasti biar bagaimanapun orang batak yang mungkin sudah berbudaya melayu atau sudah berasimilasi dengan suku-suku lain, atau sudah memiliki agama yang berbeda dengan mayoritas orang batak, mereka tetaplah orang batak. Gen yang ada dalam diri mereka adalah gen orang batak.

Rumpun Batak, adalah suatu bangsa Proto-Malayo, yang pada awal kehadiran di pulau Sumatra ini tersebar-sebar di beberapa provinsi dan menjadi kelompok-kelompok tersendiri dan memiliki identitas sendiri-sendiri. Tersebar di pulau sumatra dan pulau-pulau kecil di pesisir barat pulau Sumatra. Beberapa tersebar ke wilayah-wilayah lain jauh dari daerah awal penyebaran dan tidak diketahui lagi identitasnya, tapi dari beberapa budaya yang walaupun sudah terpengaruh budaya lain, masih terlihat bahwa mereka masih terkait hubungan sejarah dan kekerabatan sejak masa lalu dari asal dan nenek moyang mereka.

Diperkirakan kehadiran suku-suku Batak di pulau Sumatra sejak sekitar 7000 tahun SM. Beberapa kelompok dari suku batak saat ini, tidak mau disebut sebagai suku batak, atau telah melepaskan identitas ke"batak"annya, dan menjadi suatu suku tersendiri. Asal usul rumpun Batak sendiri bermacam versi yang ada, seperti berasal dari Yunan di Cina bagian Selatan, dari Thailand, dari Burma, dari Formosa Taiwan bahkan ada versi mengatakan berasal dari daerah Assam India. Namun, dari manapun rumpun Batak berasal, yang pasti rumpun Batak telah eksis ribuan tahun di pulau Sumatra dan menyebar menjadi beberapa kelompok suku yang maju.

Berikut adalah beberapa kelompok yang dikategorikan sebagai bagian dari rumpun Batak, atau paling tidak pernah terkait sejarah masa lalu dengan Batak.

(informasi di bawah ini diambil dari protomalayans.blogspot.com)
 
di provinsi Aceh
  • Alas  
  • Boang  
  • Gayo  
    • Gayo Lut  
    • Gayo Deret  
    • Gayo Lues  
    • Gayo Serbejadi (Lukup)
    • Gayo Kalul  
  • Batak 27 (Batak Bebesen)
  • Kahia  
  • Kluet  
  • Singkil  
  • Devayan  
  • Haloban  
  • Lekon  
  • Sigulai  
  • Tamiang  
  • Julu 

di Sumatra Utara

di Riau
  • Batak Rokan  
  • Bonai  

di Sumatra Barat

di Bengkulu
  • Enggano  


Selain suku-suku di atas, terdapat satu suku di Filipina yang memakai identitas suku Batak, tapi kemungkinan besar tidak terkait hubungan dengan suku Batak di Sumatra, walaupun terdapat beberapa kosakata yang mirip dengan bahasa Batak yaitu:
  • Batak Palawan  


sumber:
protomalayans.blogspot.com

Read More...

Parmalim


Dalam masyarakat Batak, sejak masa dahulu ada terdapat suatu agama tradisional kuno suku Batak yang disebut Parmalim. Selain Parmalim sebenarnya masih ada laih suatu agama kepercayaan yang disebut Pelbegu. Tapi agama Parmalim lah yang merupakan agama tradisional yang memiliki banyak pengikut pada masa sebelum masuknya agama Kristen dan Islam di masyarakat Batak.
Parmalim adalah sebutan bagi pengikutnya, sedangkan agamanya disebut Malim, atau dalam istilah populernya adalah Ugamo Malim.

Read More...

Uis Batak Karo

Uis, adalah salah satu kain khas suku Batak Karo. Uis, adalah suatu jenis kain berbentuk selendang, yang menjadi suatu benda yang dianggap sakral dan penting bagi masyarakat suku Karo. Uis selain digunakan sebagai pakaian sehari-hari, juga dipakai pada upacara-upacara adat, seperti pada pesta adat perkawinan, upacara kematian dan pesta kesenian.

Berikut adalah jenis-jenis Uis adat Karo:

1. Uis Nipes,
uis nipes
untuk tudung, "maneh-maneh" (kado untuk perempuan), untuk mengganti pakaian orang tua (pihak perempuan) dan sebagai alas "pinggan pasu" (piring) pada saat memberikan mas kawin dalam upacara adat.
uis nipes padangrusak
  • Uis Nipes Padang Rusak,
  • Uis Nipes Benang Iring,
  • Uis Nipes Mangiring (Langge-Langge)





2. Uis Julu,
untuk sarung, "maneh-maneh", untuk mengganti pakaian orang tua (untuk laki-laki) dan selimut. 

uis gatip
3. Uis Gatip, 
  • Uis Gatip Gewang,
    untuk menggendong bayi perempuan dan "abit" (sarung) laki-laki.
  • Uis Gatip Jongkit,
    untuk "gonje" (sarung) upacara adat bagi laki-laki dan selimut bagi "kalimbubu" (paman).
  • Uis Gatip Cukcak,
    kegunaannya sama dengan gatip gewang, bedanya adalah gatip cukcak ini tidak pakai benang emas.

    uis pementing
    4. Uis Pementing,
    untuk ikat pinggang bagi laki-laki.







    5. Uis Batu Jala,
    untuk tudung bagi anak gadis pada pesta "guro-guro aron". Boleh juga dipakai laki-laki, tapi harus 3 lapis, yaitu: uis batu jala, uis rambu-rambu dan uis kelam-kelam.



    6. Uis Arinteneng,
    sebagai alas waktu menjalankan mas kawin dan alas piring tempat makan pada waktu "mukul" (acara makan pada saat memasuki pelaminan), untuk memanggil roh, untuk "lanam" (alas menjunjung kayu api waktu memasuki rumah baru), untuk "upah tendi" (upah roh), diberikan sebagai penggendong bayi dan alas bibit padi.

    7. Uis Kelam-Kelam,
    uis kelam-kelam
    untuk tudung orang tua, untuk "morah-morah" (kado untuk laki-laki), dan boleh juga dipakai oleh laki-laki dalam upacara adat, tapi disertai batu jala dan rambu-rambu.






    8. Uis Cobar Dibata,
    untuk upacara kepercayaan, seperti "uis jinujung", "berlangir" dan "ngelandekken galuh".

    9. Uis Beka Buluh,
    uis beka buluh
    untuk "bulang-bulang" diikatkan di kepala laki-laki pada upacara adat.







    10. Uis Gara,
    untuk penggendong anak-anak, tudung untuk orang tua dan anak gadis.

    11. Uis Gara Jongkit,

    12. Uis Jujung-Jujungen,
    uis jujung-jujungen
    untuk melapisi bagian atas tudung bagi kaum wanita yang mengenakan tudung dalam upacara adat.









      13. Uis Ragi Barat/ Ragi Mbacang,
      uis ragi barat









      14. Uis Teba,
      uis teba








      15. Uis Jongkit Dilaki
      uis jongkit dilaki









      15. Uis Perembah



        sumber:




        sumber foto:
        Read More...

        Ulos Batak Toba

        Batak Toba, selain istilah "Horas", nya, dan karakternya yang khas, keras, cepat dan blak-blakan, juga terkenal dengan kain tenunnya yang khas, yaitu Ulos.

        Ulos, adalah sejenis kain berbentuk selendang, yang merupakan suatu benda sakral bagi masyarakat suku Batak Toba. Selain suku Batak Toba yang menggunakan Ulos, kain Ulos juga digunakan oleh rumpun Batak lainnya, hanya saja memiliki nama-nama yang berbeda, tapi pada dasarnya memiliki fungsi yang sama dalam adat-istiadat rumpun Batak.

        Ulos merupakan suatu simbol, persatuan, kasih sayang dan restu, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong", yang artinya "ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama". Suatu pepatah yang sangat indah.

        Secara umum, ulos merupakan penghangat bagi tubuh dan melindungi dari udara dingin. Mengingat bahwa bangsa Batak pada umumnya hidup di daerah pegunungan yang berhawa dingin. Menurut kepercayaan leluhur suku Batak ada 3 sumber yang memberi kehangatan, yaitu matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut ulos dianggap paling akrab dengan kehidupan sehari-hari.

        Ulos, adalah suatu hal yang unik pada suku Batak, karena kain dan motif ulos sepertinya telah mereka gunakan sebelum kehadiran bangsa-bangsa Batak di tanah Sumatra. Karena kain-kain yang menyerupai ulos juga ditemui digunakan oleh suku-suku di Indochina, seperti suku Karen, dan beberapa suku di Indochina lainnya, dan juga suku-suku di Formosa, dan beberapa suku di Yunnan China Selatan serta beberapa suku di India Selatan. Budaya dan tradisi ulos, sepertinya telah menjadi suatu tradisi dari tanah asal nenek moyang rumpun Batak, yang merupakan suku bangsa Austronesia Purba, yang tersebar ke beberapa wilayah di Asia, dengan tetap mempertahankan tradisi ulos mereka. Beberapa suku di Indonesia juga masih terlihat kesan ulos Austronesianya, hanya saja sudah tergantikan dengan bahan kain yang berbeda, lebih lembut, seperti kain sutra dan lain-lain, hanya saja beberapa motif aslinya masih bisa dilihat. Beberapa suku di Indonesia juga ada yang memakai kain mirip ulos, yang tentunya memiliki istilah dan nama yang berbeda, seperti suku-suku di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur.

        Dalam masyarakat suku Batak Toba, Ulos, memiliki arti penting ketika ia mulai dipakai oleh tetua-tetua adat dalam pertemuan-pertemuan adat resmi. Ditambah lagi dengan kebiasaan para leluhur suku Batak yang selalu memilih ulos untuk dijadikan hadiah atau pemberian kepada orang-orang yang mereka sayangi.

        Kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk berbagai hal dalam segala aspek kehidupan orang Batak. ulos menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan adat suku Batak.

        Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi berarti memberikan ulos, yang bukan sekadar pemberian hadiah biasa, karena Mangulosi mengandung arti yang cukup dalam melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikan-kebaikan lainnya.

        Dalam ritual mangulosi, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi, antara lain bahwa seseorang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut tutur atau silsilah keturunan berada di bawah, misalnya orang tua boleh mengulosi anaknya, tetapi anak tidak boleh mangulosi orang tuanya. Disamping itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan adat. Karena setiap ulos memiliki makna tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana, sehingga fungsinya tidak bisa saling ditukar.

        Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang "non Batak". Pemberian ini bisa diartikan sebagai penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Misalnya pemberian ulos kepada orang yang dihormati yang sedang berkunjung, atau kepada seorang pemimpin dengan harapan dapat menyelesaikan tugas sebagai abdi negara dengan baik dan penuh kasih sayang kepada rakyatnya.
        Mengulosi menantu lelaki bermakna nasehat agar ia selalu berhati-hati dengan teman-teman satu marga, dan paham siapa yang harus dihormati; memberi hormat kepada semua kerabat pihak istri dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Selain itu, ulos ini juga diberikan kepada wanita yang ditinggal mati suaminya sebagai tanda penghormatan atas jasanya selama menjadi istri almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahwa ia telah menjadi seorang janda. Ulos lain yang digunakan dalam upacara adat adalah Ulos Maratur dengan motif garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Motif ini melambangkan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul kelahiran anak-anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukis dalam ulos tersebut.

        Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan menjadi 2 bagian:
        • Ulos Na Met-met;
          ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih kecil daripada ulos jenis kedua. Tidak digunakan dalam upacara adat, hanya untuk dipakai sehari-hari.
        • Ulos Na Balga;
          adalah ulos kelas atas. Jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau diterima.

        Biasanya ulos dipakai dengan cara dihadanghon; dikenakan di bahu seperti selendang kebaya, atau diabithon; dikenakan seperti kain sarung, atau juga dengan cara dililithon; dililitkan di kepala atau di pinggang.

        Harga Ulos dengan motif dan proses pembuatan sederhana relatif murah. Ulos kelas ini bisa dibeli dengan harga berkisar antara Rp. 25.000 sampai Rp. 250.000 bahkan lebih. Sementara untuk ulos kelas atas dengan kualitas bahan yang baik dan proses pembuatan yang lebih rumit, bisa diperoleh dengan harga berkisar antara Rp. 250.000 an hingga Jutaan rupiah. Contohnya Ulos khas Batak yang digunakan pengantin laki-laki pada upacara pernikahan adat Batak, dihargai Rp. 7,5 juta.

        Jenis Ulos:
        1. Ulos Ragidup





        ulos ragidup




         

        2. Ulos Ragidup Silinggom





        ulos ragidup silinggom






        3. Ulos Ragidup Silindung




        ulos ragidup silindung






        4. Ulos Bintang Marotur (Ulos Maratur)





        ulos bintang marotur







        5. Ulos Godang (Ulos Sadum Anggola)





        ulos godang







        6. Ulos Ragi Hotang





        ulos ragi hotang







        7. Ulos Sitolu Tuho





        ulos sitolu tuho







        8. Ulos Bolean





        ulos bolean







        9. Ulos Sibolang





        ulos sibolang







        10. Ulos Mangiring





        ulos mangiring







        11. Ulos Sadum





        ulos sadum




          

        12. Ulos Suri-Suri





        ulos suri-suri




         

        13. dan lain-lain


        Pemakaian Ulos, biasanya dilakukan sebagai berikut:
        • Siabithononton (dipakai di badan),
          yaitu Ulos Ragidup, Ulos Sibolang, Ulos Ragi Pangko, Runjat, Djobit, Simarindjamisi.
        • Sihadanghononton (dililit di kepala atau bisa juga ditenteng),
          yaitu Ulos Sirara, Ulos Sadum, Ulos Sumbat, Ulos Bolean, Mangiring, Surisuri.
        • Sitalitalihononton (dililit di pinggang),
          yaitu Ulos Tumtuman, Mangiring, Padangrusa.

        sumber: sukmaabdiprakasa: sejarah kain ulos

        sumber foto: 
        Read More...