Suku Batak Simalungun

suku Simalungun
Suku Batak Simalungun, adalah salah satu etnik Batak yang terkonsentrasi di kabupaten Simalungun provinsi Sumatra Utara.

Wilayah kediaman suku Batak Simalungun berada di antara 2 etnik batak lainnya, yaitu suku Karo yang berada di kabupaten Tanah Karo dan suku Toba. Bahasa Simalungun sendiri memiliki kemiripan dengan bahasa Karo maupun bahasa Toba. Sehingga bahasa Simalungun disebut sebagai bahasa batak tengah.

Sebagian orang Simalungun saat ini percaya bahwa asal usul orang Simalungun, dikatakan berasal dari India,  tepatnya dari daerah Assam, India Selatan, dari suatu tempat yang bernama Asom.
Dilihat dari adat istiadat dan tradisi budaya orang Simalungun banyak memiliki kemiripan dengan adat istiadat dan tradisi budaya Batak Karo maupun Batak Toba. Hal ini mengindikasikan kemungkinan besar suku Simalungun beserta suku Batak Karo dan Batak Toba berasal dari suatu tempat yang sama.

Orang Simalungun berbicara dalam bahasa Simalungun sebagai bahasa sehari-hari. Awal masuknya agama Kristen ke wilayah Simalungun di masa lalu, para penginjil RMG menggunakan bahasa Toba untuk menyebarkan agama Kristen pada masyarakat suku Simalungun. Pada umumnya orang Batak Simalungun bisa memahami bahasa Batak Toba, yang menjadi bahasa pengantar pada masa lalu di wilayah sekitar Danau Toba.

Rumah Bolon
rumah tradisional adat Simalungun
(jayalingga.blogspot.com)
Kepercayaan orang Simalungun di masa lalu adalah kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari "Datu" (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada 3 Dewa yang disebut Naibata, yaitu Naibata di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Naibata di tengah (dilambangkan dengan warna Merah), dan Naibata di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). Ketiga warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.

Dalam mitos orang Simalungun, dikatakan bahwa manusia awalnya dikirim oleh oleh Naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang bisa berdiam dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun menyebut roh orang mati sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan tersebut.

Kemungkinan di masa lalu, wilayah Simalungun pernah dimasuki tradisi Hindu atau Budha, hal ini terlihat dengan adanya beberapa peninggalan beberapa patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang terkait dengan Trimurti (Hindu) dan Buddha yang menunggangi Gajah.

Masyarakat Simalungun adalah patrilineal. Marga diturunkan kepada generasi berikutnya melalui pihak laki-laki. Orang yang memiliki marga yang sama adalah berarti sebagai saudara seketurunan sehingga dipantangkan (tidak diperbolehkan) untuk saling menikah.
Marga-marga pada suku Simalungun terdiri atas 4 marga asli, yaitu:
  • Damanik
  • Purba
  • Saragih
  • Sinaga
Keempat marga di atas berasal dari marga para Raja-Raja di Simalungun. Selain itu ada juga marga-marga yang berasal dari luar Simalungun yang sejak dahulu ikut menetap di wilayah adat Simalungun, kemudian menjadi sub-bagian dari 4 marga di atas.
Bagi pihak perempuan, marga disebut sesudah kata boru (biasa disingkat br.). Apabila perempuan Simalungun (mis: Maria boru Saragih), menikah dengan laki-laki bermarga Purba, maka ia akan dipanggil sebagai Maria Purba boru Saragih.

Masyarakat suku Simalungun juga memiliki aksara, seperti halnya etnik-etnik batak yang sebagian besar memiliki aksara. Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat Sisapuluhsiah.

Dalam bertahan hidup, pada umumnya orang Simalungun hidup berkebun dengan berbagai macam tanaman dan pada tanaman padi ladang atau sawah. Padi sebagai makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi.

sumber:
  • protomalayans.blogspot.com
  • wikipedia
  • jayalingga.blogspot.com
  • dan beberapa sumber lain
lihat juga:

Share/Bookmark

8 comments:

  1. Untuk Sumalungun lebih baik, mari kita rapatkan barisan...
    http://bonapetruspurba.wordpress.com/

    ReplyDelete
  2. Kami mau klarifikasi bahwa Karo bukan Batak. Adapun Batak menurut kami adalah Toba, Humbang, Silindung, dan Samosir. Terima Kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkk, lucu, baru tau ada yg komen ky gini. dari negeri antah berantah, mau pecah belah belah kesatuan bangsa. klow mo bikin kesimpulan sendiri dan gak mo ngaku sbg batak itu hak anda pak, telan sendiri dan bikin komunitas sendiri, tapi jangan provokasi orang lain dengan kalimat ky gini. menyesatkan pak!
      karo, simalungun, mandailing, angkola, toba, humbang, bahkan kluet, gayo, alas dll., masih berkerabat batak pak ! sejak abad 1 suku-suku asli yang tinggal di sumatra (bagian utara) sudah disebut "batta", bapak sudah cek sejarah kita lebih dalam, jangan asal "menurut kami", sedangkan menurut mereka, dan orang2 lain bagaimana ? memangnya bapak sudah cek atas dasar sejarah, ras, gen, bahasa, budaya dan lain-lain, yg bisa menjadi bukti argumen bapak paling sah ? jangan karena satu alasan langsung menghapus semua alasan kuat lainnya. itu namanya "sentimen kesukuan" dan "asbun" pak !

      ckr !

      terimakasih, salam

      Delete
    2. sejak abad 1 suku-suku asli yang tinggal di sumatra (bagian utara) sudah disebut "batta"????
      Dari mana sumbernya ini?

      Delete
    3. Tentang Ptolemy dan Batta, anda bisa cari di google dengan kata kunci "Ptolemy - Batta". Saya rasa bapak bisa temukan di sana.
      trims

      Delete
  3. Horas Sumut News adalah Portal Berita Kabar Info Korupsi Sumut Medan Walikota Siantar Bupati Simalungun Metro Sumut Pos Bisnis Terkini

    Horas Sumut News

    ReplyDelete
  4. heraan saya kadang lihat orang2 kita butuh persatuan dan kesatuan, tp oleh karena kepicikan egoisme yg dikedepankan, ada memang kesalahan informasi yg dibuat oleh seorang penulis yg seolah olah semua org batak dari sub suku toba dan teori itu jelas kita tolak karena ga ada bukti otentiknya dan cenderung asumsi pribadu, tapi yg jelas antara karo toba alas mandailing memiliki kekerabatan yg sangat kuat dan buday yg mirip2 dan bahkan bahasa yg mirip, dan yg pasti antara toba dan karo pasti lebih dekat dari pada ke orang aceh atau minang, dan itu perlu kita pahami

    ReplyDelete