Tarombo Silahisabungan versi Silahi Raja


Versi Tarombo Silahisabungan yang ini, biasa disebut sebagai versi Silahi Raja. Versi ini kadang disebut juga sebagai Tarombo Silalahi Pangururan.

Raja Silahisabungan mempunyai 3 orang isteri.
  • istri pertama, adalah Pinta Haomasa boru Basonabolon,
    memiliki 1 putra, yaitu:
    • Silahi Raja (Silalahi)
      • Silalahi Raja Tolping
      • Silalahi Raja Bursok
      • Silalahi Raja Bungabunga (Silalahi Raja Parmahan)
  • istri kedua, adalah Pinggan Matio boru Padangbatanghari, bermukim di Silalahi Nabolak,
    memiliki 7 putra dan 1 putri, yaitu:
    • Loho Raja (Sihaloho)
    • Tukkir Raja (Situkkir, Situngkir)
    • Sondi Raja (Rumasondi)
    • Butar Raja (Sinabutar, Sidabutar)
    • Bariba Raja (Sinabariba, Sidabariba)
    • Debang Raja (Sidebang)
    • Batu Raja (Pintubatu)
  • istri ketiga, adalah Milinggiling boru Mangarerak,
    memiliki 1 putra, yaitu:
    • Raja Tambun (Tambun, Tambunan)


sumber:
silalahi.orgfree.com: terjadinya padan silalahi dengan tampubolon

terkait:
Silahisabungan Sitolu Ina: kronologis makam op rajasilahisabungan

Read More...

Tarombo Silahisabungan versi Silalahi Na Bolak


Versi Tarombo Silahisabungan yang ini, biasa disebut sebagai versi Si 7 Turpuk Sihaloho, kadang disebut juga sebagai Tarombo Silalahi Na Bolak.
Tarombo versi ini, tertera pada Laklak (aksara Batak yang tertera di kulit kayu) yang tersimpan di salah satu museum di Belanda, dan juga tertera pada Poda Sagu-sagu Marlangan (di Tugu Makam Silahisabungan di daerah Huta Silalahi Nabolak, Dairi).

Raja Silahisabungan mempunyai 2 orang isteri.
  • istri pertama, adalah Pinggan Matio boru Padang Batanghari, bermukim di Silalahi Nabolak,
    Raja Silahisabungan memiliki 7 putra dan 1 putri, yaitu:
    • Haloho (Loho Raja) -- (istri Ranimbani Boru Padang Batanghari)
      [ Haloho (Loho Raja) menikah dengan boru tulangnya Rumbani boru Padang Batanghari dan bermukim di Silalahi nabolak.Keturunannya sebagian pindah ke Paropo, Tolping, Pangururan, Parbaba. Haloho memiliki 3 putra yaitu : Sinaborno, Sinapuran, dan Sinapitu. Pada umumnya keturunannya memakai marga Sihaloho, dan hingga dewasa ini belum ada cabang marga ini. ]
      • Sinaborno
      • Sinapuran
      • Sinapitu
      • Masopang
    • Tungkir (Tungkir Raja) -- (istri Pingan Haomasan Boru Situmorang)
      [ Tungkir (Tungkir Raja) menikah dengan Pinggan Haomasan boru Situmorang dan bermukim juga di Silalahi Nabolak. Pasangan ini juga memiliki 3 putra yaitu : Sibagasan, Sipakpahan dan Sipangkar. Keturunannya pada umumnya memakai marga Situngkir terutama Sibagasan dan Sipakpahan, sedangkan keturunan Sipangkar sebagian besar telah memakai Sipangkar sebagai marga. ]
      • Sibagasan
      • Sipakpahan
      • Sipangkar
    • Rumasondi (Sondi Raja) -- (istri Siboru Nagok Boru Siboro)
      [ Rumasondi (Sondi Raja) menikah dengan Nagok boru Purba Siboro. Pasangan ini juga bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya yaitu Rumasingap membuka perkampungan di Paropo.Rumasondi memiliki putra sbb : Rumasondi, Rumasingap, dan Rumabolon. Umumnya keturunannya memakai marga Rumasondi dan sebagaian memakai marga Silalahi (di Balige) dan bahkan Rumasingap juga dipakai sebagai cabang marga. Demikian juga Doloksaribu, Nadapdap, Naiborhu, Sinurat, telah digunakan sebagai cabang marga dan masuk rumpun marga Rumasondi. ]
      • Rumasingap
      • Rumabolon
    • Dabutar (Butar Raja) -- (istri Logumora Boru Sagala)
      [ Dabutar (Butar Raja) menikah dengan Lagumora Sagala. Mereka juga tinggal di Silalahi Nabolak. Dabutar ini mempunyai tiga putra yaitu : Rumabolon, Ambuyak, dan Rumatungkup. Umumnya keturunannya memakai marga Sinabutar atau Sinamutar bahkan Sidabutar. ]
      • Rumabolon
      • Ambuyak
      • Rumatungkup
    • Dabariba (Bariba Raja) -- (istri Sahat Uli Boru Sagala)
      [ Dabariba Raja (Baba Raja) menikah dengan Sahat Uli boru Sagala. Mereka bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya memakai marga Sidabariba atau Sinabariba. Putrranya berjumlah tiga yaitu : Sidabariba Lumbantonga, Sidabariba Lumbandolok, Sidabariba Toruan. Mereka ini pada umumnya memakai marga Sidabariba. ]
      • Lumban Tonga
      • Lumban Dolok
      • Lumban Toruan
    • Debang (Debang Raja) -- (istri Siboru Panamean Boru Sagala)
      [ Debang (Debang Raja) menikah dengan Panamenan boru Sagala, juga bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya sebagaian menyebar ke Paropo. Debang Raja mempunyai 3 putra : Parsidung, Siari dan Sitao. Umumnya keturunannya memakai marga Sidebang atau Sinabang. ]
      • Parsidung
      • Siari
      • Sitao
    • Pintubatu (Batu Raja) -- (istri Bunga Pandan Boru Sinaga)
      [ Pintu Batu (Batu Raja) menikah dengan Bunga Pandan boru Sinaga, juga tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki 3 putra yaitu : Hutabalian, Lumbanpea, Sigiro. Keturunannya menggunakan marga Pintu Batu, tetapi keturunan Sigiro sebagian memakai marga Sigiro. ]
      • Hutabalian
      • Lumbanpea
      • Sigiro
    • Siboru Deang Namora  -- (tidak menikah)
  • istri kedua, adalah Milinggiling boru Mangarerak,
    Raja Silahisabungan memiliki 1 putra, yaitu:
    • Tambun (Tambun Raja) -- (istri Pinta Haomasan Boru Manurung)
      [ Tambun (Tambun Raja) adalah putra Raja Silahisabungan dari si boru Milingiling. Ketika masih remaja, Tambun meninggalkan Silalahi Nabolak menemui ibu kandungnya di Sibisa Uluan. Tambun menikah dengan Pinta Omas boru Manurung dan bermukim di Sibisa. Dari Sibisa keturunannya berserak ke Huta Silombu, Huta Tambunan dan Sigotom Pangaribuan. Putra raja Tambun berjumlah tiga orang yaitu : Tambun Mulia, Tambun Saribu, Tambun Marbun. Umumnya keturunannya memakai marga Tambun dan Tambunan, bahkan di antaranya memakai marga Baruara, Pagaraji, Ujung Sunge. ]
      • Tambun Mulia
      • Tambun Saribu
      • Tambun Marbun

Di samping marga-marga yang disebut di atas, anak-anak Raja Silahisabungan dari isteri pertama memakai marga Silalahi. Sedangkan keturunan Tambun tetap menggunakan marga Tambun (oleh keturunan Tambun Uluan) atau Tambunan (oleh keturunan Tambun Koling).

sumber terkait:
- disadur dari www.silahisabungan.com
Read More...

Marga Batak 27 (Batak Bebesen)

Suku Batak 27, atau disebut juga sebagai suku Batak Bebesen, adalah komunitas masyarakat yang bermukim di kecamatan Bebesen, di Takengon provinsi Nanggroe Aceh. Oleh masyarakat suku Gayo, mereka disebut suku Batak Bebesen atau sebagai suku Batak Gayo Bebesen.

Seperti umumnya etnik Batak yang memiliki marga, begitu juga masyarakat suku Batak 27 atau Batak Bebesen ini, tradisi marga tetap dipertahankan hingga saat ini.

Marga pada suku Batak 27 (Batak Bebesen) adalah:
  • Munthe
  • Cibero
  • Melala
  • Lingga
  • Tebe

Read More...

Marga Mandailing

Suku Batak Mandailing adalah suatu komunitas adat yang hidup terkonsentrasi di kabupaten Mandailing Natal, selain itu juga terdapat di kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas Utara, dan sebagian kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di provinsi Sumatera Utara. Di luar provinsi Sumatra Utara, masyarakat suku Mandailing juga tersebar di kabupaten Pasaman dan kabupaten pasaman barat di provinsi Sumatera Barat.

Read More...

Marga Padang Lawas

Suku Padang Lawas atau juga disebut suku Padang Bolak, yang bermukim di kabupaten Padang Lawas dan kabupaten Padang Lawas Utara. Secara asal usul, masyarakat suku Padang Lawas masih terkait erat dengan suku Mandailing dan suku Angkola.
Hal ini terlihat dari marga-marga yang dimiliki oleh masyarakat suku Padang Lawas, masih terkait erat kekerabatan dengan suku Mandailing dan Angkola. Marga-marga yang ada di wilayah Padang Lawas, sebagian besar juga dimiliki oleh masyarakat suku Mandailing dan Angkola.

Read More...

Marga Mentawai

Suku Mentawai, adalah masyarakat adat yang hidup di kepulauan Mentawai, yang terdiri dari beberapa pulau, seperti pulau Sipora, Siberut dan lain-lain.

Suku Mentawai, dahulu oleh para peneliti sempat dimasukkan ke dalam kelompok Rumpun Batak. Masyarakat suku Mentawai dilihat dari linguistik, ciri fisik, dan cara hidup, masih terkait erat dengan suku Nias, Enggano, atau dengan penduduk di pulau Simalur.

Read More...

Marga Gayo

Suku Gayo, salah satu etnis yang hidup di provinsi Aceh, yang terkonsentrasi di kota Takengon juga memiliki marga. Walaupun sebagian besar masyarakat suku Gayo tidak mencantumkan nama marganya, tetapi sebagian kecil masih ada yang menabalkan atau mencantumkan nama marga-marganya, terutama yang bermukim di wilayah Bebesen.

Read More...

Marga Singkil

Suku Batak Singkil, merupakan suatu masyarakat adat yang hidup terkonsentrasi di kota Subulussalam dan tersebar di kabupaten Singkil provinsi Aceh.

Secara psikologis masyarakat etnis dari rumpun Batak biasanya memakai marga di akhir namanya. Karena marga itu menjadi bagian dari sebuah nama yang dapat membedakan pemanggilan antara seseorang dengan lainnya. Saat ini sebagian masyarakat suku Singkil ini sudah tidak memakai marga, tetapi tetap menjadi pegangan dalam silsilah keturunan dan pergaulan sesama marganya.

Read More...

Marga Alas

Suku Alas, atau suku Batak Alas, merupakan kelompok masyarakat adat salah satu dari rumpun Batak yang bermukim di dataran tinggi Bukit Barisan, tepatnya di kabupaten Aceh Tenggara (yang lebih dikenal dengan Tanah Alas).

Sejak abad ke-18 dan 20, wilayah Tanah Alas banyak dimasuki para pendatang dari luar daerah, seperti dari Gayo, Aceh, Singkil, Pak-Pak, Karo, Toba, Minang, Mandailing dan China. Karena banyaknya para pendatang tersebut, maka masyarakat suku Alas kembali menampakkan identitas nya untuk membedakan diri mereka dengan para pendatang, dengan mencantumkan nama marga (merge) di belakang nama depan mereka.

Read More...

Marga Simalungun

Suku Batak Simalungun, salah satu dari rumpun Batak yang mendiami wilayah kabupaten Simalungun dan juga terdapat di wilayah kabupaten Asahan.

Marga Simalungun adalah merupakan nama keluarga yang dipakai di belakang nama depan orang Simalungun. Terdapat 4 marga asli dari Simalungun, yaitu Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga. Keempat marga tersebut berasal dari marga para raja di Simalungun. Selain itu terdapat juga marga-marga yang berasal dari luar Simalungun yang turut menetap di wilayah adat Simalungun, kemudian menjadi bagian dari 4 marga tersebut. Suku Simalungun menganut Paterilinear, yaitu marga diturunkan melalui garis bapak, dan orang yang memiliki marga yang sama akan saling menganggap diri mereka sebagai saudara seketurunan sehingga dipantangkan (tidak diperbolehkan) untuk saling menikah.

Read More...

Marga Angkola

Suku Batak Angkola, adalah salah satu dari rumpun Batak yang mendiami daerah sekitar Padang Sidimpuan, Sipirok dan lain-lain, terutama hampir di seluruh wilayah kabupaten Tapanuli Selatan.

Marga pada suku Batak Angkola, menurut cerita-cerita lama orang Batak, masih memiliki hubungan kerabat dengan marga-marga dari daerah Batak Toba dan juga dengan Batak Mandailing.

Read More...

Marga Karo

Suku Karo, merupakan salah satu suku dari rumpun Batak, yang mendiami wilayah kabupaten Tanah Karo sebagian kecil berada di kabupaten Pakpak, kabupaten Simalungun hingga ke wilayah provinsi Aceh.

Marga (Merga) pada suku Batak Karo, terdiri dari 5 Marga Besar, yang terbagi menjadi 84 marga kecil atau sub-marga. Merga biasanya disematkan untuk laki-laki, sedangkan marga pada perempuan disebut beru. Merga atau Beru ini dicantumkan di belakang nama depan.

Read More...

Marga Nias

Suku Nias, termasuk dalam salah satu rumpun Batak yang terkonsentrasi di kepulauan Nias, yang terletak di lepas pantai sebelah barat pulau Sumatra. Marga dalam masyarakat Nias digunakan berdasarkan garis keturunan ayah.

Marga-marga yang terdapat dalam suku Nias adalah:

Read More...